Di ujung tahun ini orang-orang bernyanyi
walau mereka masih hidup diatas angin
terombang-ambing bersama mimpi hampa
aku sendiri tak tahu bagaimana mungkin
mereka bisa menjalani dan menikmati hidup
dalam bayang-bayang
seperti gemerlap langit kota malam ini
oleh api yang mereka tembakkan ke langit
aku memikirkan sesuatu
tentang langit ini
yang menangis
lalu akan membalas api itu
dengan airmatanya
airmata itu mungkin akan menenggelamkan
kota ini
walau hanya sejenak
Bagaimana dengan Orang-orang itu?
orang-orang di kota akan berteriak, banjir!
banjir!
tapi mereka tak pernah ingat pada langit
dan apa yang telah mereka lakukan padanya
setiap tahun di saat seperti ini
nyanyian tahun baru mereka tak disertai
rasa syukur, harapan, dan niat baik di tahun yang akan datang
Sementara itu di gubuk ringkih
para petani mungkin akan bersyukur
dan menyambut datangnya musim hujan
karena musim hujan
akan membasahi tanah kering dengan celah
yang kian membengkak
sehingga kemudian tumbuh rumput untuk
memberi makan kerbau mereka
karena musim hujan
akan memberikan cukup air bagi mereka untuk
bercocok tanam(lagi)
sehingga kemudian mereka bisa panen dan
memberi makan anak mereka
nyanyian orang-orang di ujung tahun ini
menyadarkanku pada sesuatu
mengapa kita sedemikian sombong dan kejam
pada langit itu?
mengapa kita tak pernah mensyukuri
datangnya musim hujan?
mengapa kita hanya menikmati hingar bingar
malam pergantian tahun tanpa niat dan harapan yang pasti di tahun yang akan
datang?
nyanyian orang-orang di ujung tahun ini
menyadarkanku
dan kini membuatku lebih mengerti tentang
tahun baru dalam arti yang sesungguhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar