Jika diperhatikan lebih lanjut, lirik lagu karya Iwan Fals ini sebenarnya menyindir penguasa orde baru di masa itu. Kali ini saya akan membahasnya berdasarkan cocoklogi.
Sebelumnya mari perhatikan liriknya berikut ini
Belalang tua diujung daun warnanya kuning kecoklat-coklatan
Badannya bergoyang ditiup angin
Mulutnya masih saja mengunyah tak kenyang-kenyang
Sudut mata kananku tak sengaja melihat belalang tua yang rakus
Sambil menghisap dalam rokokku
Kutulis syair tentang hati yang khawatir
Sebab menyaksikan akhir dari kerakusan
Belalang tua yang tak kenyang-kenyang
Seperti sadar kuperhatikan, ia berhenti mengunyah
Kepalanya mendongak keatas
Matanya melotot melihatku tak senang kakinya mencengkeram daun
Empat di depan dua di belakang bergerigi tajam
Sungutnya masih gagah menusuk langit berfungsi sebagai radar
Belalang tua masih saja melihat marah ke arahku
Aku menjadi grogi dibuatnya aku tak tahu apa yang dipikirkan
Tiba-tiba angin berhenti mendesir daunpun berhenti bergoyang
Walau hampir habis daun tak jadi patah
Belalang yang serakah berhenti mengunyah
Kisah belalang tua diujung daun yang hampir jatuh tetapi tak jatuh
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang kamu serakah
Oo .. oo .. oo .. oo belalang tua diujung daun
Dengan tenang meninggalkan harta karun
Warnanya hijau kehitam-hitaman
Berserat berlendir bulat lonjong sebesar biji kapas
Angin yang berhenti mendesir
Digantikan hujan rintik-rintik
Aku yang menulis syair
Tentang hati yang khawatir
Tak tahu kapan kisah ini akan berakhir
Berdasarkan teori cocoklogi kawan-kawan saya dan juga saya pribadi, kata 'Belalang Tua' jelas merujuk pada Penguasa orde baru.
Kata 'Rakus' dan 'Tak kenyang-kenyang' juga cukup menjelaskan sifatnya.
Lirik 'Badannya bergoyang ditiup angin' merujuk pada Penguasa orde baru yang pada waktu itu terus digoyang sana-sini, ditentang sana-sini dengan aksi demonstrasi.
Pada lirik 'Tiba-tiba angin mendesir, daunpun berhenti bergoyang' dan ' Dengan tenang meninggalkan harta karun' juga cukup menjelaskan tentang akhir dari kekuasaan orde baru.
*Sebatas Cocoklogi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar