“Zaman telah berubah. Sudah tiba masanya sikap hormat terhadap keyakinan lain terkikis. Aku tak tahu sampai kapan ini melanda tanah Jawa. Kita harus mengubur candi ini untuk menyelamatkannya. Ia akan dihancurkan jika masih terlihat. Suatu saat, anak-cucu kita akan memunculkan kembali candi ini dari tanah, merawat dan mencintainya sepenuh hati.”
Demak tak pernah sanggup tidur nyenyak setelah menghancurkan Majapahit pada 1478 dan menobatkan Nyo Lay Wa sebagai raja boneka. Kekuatan yang masih setia pada Majapahit bisa memberontak kapan saja. Penguasa Demak, Trenggana, pun menggalang kekuatan untuk menaklukkan seluruh tanah Jawa. Dahanapura siap menyambut pasukan Demak setelah menyelamatkan lontar-lontar warisan Majapahit. Di Tuban, telik sandi disebar, seluruh pasukan disiagakan. Namun, Demak dibayang-bayangi kekuatan yang ingin membelokkan tujuan perang. Mereka ingin mengubah perang penaklukan Jawa menjadi perang antar-keyakinan, menghapus agama leluhur Jawa sekaligus aliran agama Rasul yang dianggap sesat, terutama Aliran Tuban Sunan Kalijaga dan Aliran Lemahbang Syekh Siti Jenar.
Laskar Demak berhasil menghancurkan Dahanapura yang mengobarkan perang puputan. Tuban menyerah dalam hitungan hari. Atas nasihat Sunan Kalijaga, Adipati Tuban Arya Gegilang menjalankan Siasat Wijaya untuk melawan Demak. Strategi perang warisan Raden Wijaya ketika menumpas pasukan Tartar itu dijalankan selama 19 tahun tanpa henti. Perang telik sandi, persekongkolan, pengkhianatan, dan balas dendam terjadi sepanjang waktu.
Novel langka ini baru beredar di toko mulai 15 Februari 2017. Harga asli Rp95 ribu. Harga dari penerbit Rp76 ribu (belum ongkir). Tersedia 200 buku bertanda tangan penulis bagi pemesan pertama.
.
CARA PEMESANAN: Tulis nama dan alamat ke inbox atau SMS/WA ke: 081287654445.
.
---------------------------------
Penulis: Makinuddin Samin
Jumlah Halaman: 500 hlm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar